Selasa, 27 November 2012

KONTRIBUSI FILM NASIONAL BAGI BANGSA

0 komentar


Sejarah Film Nasional
Berbicara soal dunia sinematografi Indonesia, maka tidak bisa lepas dari sejarah kemunculannya. Karena apa yang ada saat ini, tidak mungkin bisa terjadi tanpa adanya proses yang panjang dari sejarah perfilman tanah air jaman dahulu. Sebenarnya dunia perfilman kita muncul tidak lama setelah film muncul di Amerika dan Eropa, bahkan Indonesia lebih dahulu mengenal film dibandingkan dengan Italia. Kemudian kemunculan tempat pemutaran film atau yang biasa kita sebut sebagai bioskop pertama kali muncul di paris pada tanggal 28 desember 1895, lima tahun kemudian Indonesia mulai mengenal film yang dahulu disebut sebagai tontonan gambar-gambar hidup. Hal tersebut diketahui dari iklan yang diterbitkan oleh surat kabar Bintang Betawi edisi 5 Desember 1900. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah air kita lebih dahulu membuka gedung-gedung pertunjukan atau bioskop dari pada Amerika Serikat yang membuka gedung bioskop pada tahun 1905.
Pembuatan Film Nasional
Sejarah pembuatan film nasional dimulai sejak tahun 1910 saat pemerintahan Hindia belanda dengan tema non features. Pada tahap ini lebih banyak diproduksi film dokumenter   oleh para ahli film dari belanda dengan tujuan untuk menjelaskan apa dan bagaimana hindia belanda kepada warga belanda. Baru pada tahun 1926 digarap film cerita pertama yang berjudul loetoeng kasaroeng yang menceritakan tentang legenda di bumi priangan. Setelah kemunculan pertama tersebut, kemudian mulai muncul film-film cerita lainnya yang kebanyakan diproduksi di bandung. Masa film bisu berakhir pada tahun 1927 yang ditandai dengan pembuatan film bicara di new york, Amerika Serikat. Baru dua tahun kemudian bioskop-bioskop tanah air kedatangan film bicara yang berasal dari Amerika. Hal ini ternyata merangsang sineas-sineas tanah air dan yang lainnya untuk ikut memproduksi film bicara, sehingga muncullah film bicara nasional seperti film terang boelan, lima siloeman tikoes, terpaksa menikah dan yang lainnya masih bermunculan di zaman pendudukan jepang dan zaman kemerdekaan. Dimasa kemerdekaan inilah dunia perfilman nasional mulai merangkak naik dengan cerita-cerita nasionalisme dan semnangat kemerdekaan. Setelah kemerdekaan ini dunia perfilman nasioanl mengalami masa-masa bangkit dan hancur, tepatnya pada tahun 1950-1957.
Kontribusi Film Nasional
Film nasional merupakan salah satu khasanah budaya bangsa yang memiliki berbagai peran serta fungsi penting baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tetapi saat ini banyak film yang kurang berkualitas. Padahal film yang baik itu merupakan film yang bisa menjadi media komunikasi antar masyarakat kita. Selain itu film juga harus bisa menghubungkan gambaran masa lampau dengan masa sekarang dan ikut serta peran mencerdaskan dan mencerahkan bangsa karena memberikan nilai-nilai keberagaman yang terkandung didalamnya, seperti sarana penerangan atau informasi, pendidikan, dan untuk mengekspresikan jiwa seni seseorang.
Film nasional juga menggambarkan sebuah karakteristik, harkat dan martabat budaya bangsa, seperti halnya dengan sebuah busana yang mencerminkan kepribadian pemakainnya. Jikan film tanah air berkualitas dan memiliki nilai-nilai yang mendidik ke arah pgogres, maka hal tersebut juga mencerminkan sikap dan watak bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Selain itu film nasional juga telah memberikan manfaat dan fungsi yang luas bagi bidang ekonomi, sosial dan budaya. Disini yang ditonjolkan tidak hanya unsur hiburan semata, tetapi film nasional lebih kepada tanggung jawab moral guna mengangkat nilai nasionalisme dan jati diri bangsa yang berbudaya.
Seperti yang disebutkan diatas tadi film nasional merupakan budaya warisan dimana film menggambarkan sisi perjalanan pandangan dengan potret sejarah sesuai eranya. Budaya priayi tentunya berbeda dengan budaya pop rock yang serba bebas, budaya sungkeman tentunya beda dengan budaya pesta pora. Jadi bisa dikatakan kebudayaan suatu bangsa dapat diketahui melalui film nasionalnya, karena dari sebuah film telah mewakili generasi, konflik sosial, budaya, sejarah, adat istiadat, bahkan sistem kekuasaan tertentu.  Ekspresi indivu atau kolektif atas realita, persepsi dan seni juga dapat tercermin dari film. Film akan akan lebih mudah dinikmati, dipahami dan diapresiasi penonton jika ada satu kesatuan yang terintegrasi secara kuat baik itu dari segi alur cerita, penokohan, setting, kamera, setting beckground dan lainnya.
Lebih jauh lagi apa yang telah diberikan film nasional pada bangsa adalah film berperan sebagai penyampai pesan-pesan moral, informatif, sejarah ataupun solusi atas isu-isu yang berkembang di masyarakat. Seperti contoh riilnya film kontemporer yang berjudul “merah putih’’ berhasil menyedot perhatian khalayak banyak, tidak terbatas pada kalangan tertentu. Tetapi semua kalangan menyukai film ini karena pesan yang terkandung didalamnya mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Film ini dipoles dengan unsur artistik dan digital tekhnologi yang canggih. Tema yang berbicara tentang semangat juang para pahlawan yang beasal dari berbagai daerah melawan penjajah, berhasil membuat rasa nasionalisme penonton tumbuh serta hanyut dalam suasana perjuangan. Manfaat yang jauh bisa dirasakan adalah, ketika penoonton mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam film tadi, dan berusaha untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan riil. Maka inilah manfaat besar yang bisa diberikan oleh film nasional.
Satu contoh riil lagi peranan film nasional adalah tertuang pada film Lewat Djam Malam produksi tahun 1954 karya Asrul Sani yang menurut seorang wartawan film sebagai  film terbaik dari segi sinematografi dan temannya yang sesuai realitas kehidupan yaitu tentang korupsi setelah perang revolusi usai. Tema film ini tentu masih relevan dengan kondisi pemerintahan saat ini dalam pemberantasan korupsi yang semakin meraja lela,dari Pemerintah, DPR, Politisi bahkan Penegak Hukum yang seharusnya giat memberantas kejahatan justru ikut tersandung dalam kasus korupsi. Acap kali masyarakat mencoba mencari jawaban secara jelas melalui film, hal ini dikarenakan film dianggap lebih hidup dibandingkan dengan saling lempar argumentasi ditambah dengan kaidah bumbu-bumbu sinematografi sehingga pesan yang akan disampaikan begitu kuat dan jelas.
Tetapi yang terpenting dari semua itu bagaimana film bisa dijadikan alat atau media informasi, pendidikan, alternatif gagasan atau ide bagi banyak manfaat bagi masyarakat. Setiap sugguhan tayangan berbobot bisa diterima dengan cara pandangan sederhana, setidaknya bisa membawa pandangan baru berupa nilai-nilai tersirat atau hiburan semata.
            Beberapa hal tadi adalah kontribusi film nasional dalam menanamkan nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa kepada para penontonnya. Atau bisa dikatakan dalam bidang sosial budaya. Meskipun pada kenyataanya untuk saat ini dunia perfilman menjadi lahan industri yang dimanfaatkan untuk mendulang rupiah sebanyak-banyaknya oleh para produser beruang, karena seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa film adalah media yang sangat efektif menarik perhatian massa. Disamping karena kekuatan audio visualnya, biasanya adegan yang dimainkan para tokoh menjadi lebih menarik dibandingkan dengan buku.
            Di bidang pendidikan, dunia perfilman nasional juga ikut sumbangsih dalam hal sejarah dan pelajaran-pelajaran baik yang dapat dipetik. Sebut saja film-film dokumenter presiden soekarno pada zaman orde lama, kini masih bisa disaksikan untuk dapat diambil hikmah dan pelajarannya. Bisa diambil contoh kebijaksanaan dan kearifan beliau dalam memimpin dan memperjuangkan kemerdekaan, kecerdasan dan ketekunan yang dimiliki presiden pertaman Indonesia ini juga dapat melecut semangat nasionalisme pelajar. Beralih  ke zaman kontemporer masa kini, banyak film-film dengan tema pendidikan yang berkualitas dan memmiliki nilai serta pesan yang mendidik. Seperti film denias, negeri 5 menara, laskar pelangi, sang pemimpi dan masih banyak lainnya yang bisa memberikan pelajaran bagi para pelajar yang menontonnya. Karena di dalam film-film tersebut menceritakan semangat meraih cita-cita dengan menuntut ilmu sebisa mungkin tanpa terbatas ruang dan waktu, meskipun banyak hambatan dan rintangan yang harus dilalui.
            Di bidang sosial dan budaya, film nasional juga telah memberikan manfaat yang cukup urgen. Masih berbicara pada tema-tema yang diangkat didalam pembuatan suatu film, tentunya sedikit banyak akan berpengaruh terhadap setiap penonton. Di bidang sosial, film yang menceritakan tentang lika-liku kehidupan sosial masyarakat Indonesia, baik dari segi relasi, komunikasi serta hubungan-hubungan yang lain akan sangat berpengaruh tergantung dari pengemasan tema film. Selama ini film nasional menceritakan tentang kehidupan sosial masyarakat yang harmonis dan akur, maka dampak langsung yang akan ditimbulkan adalah adanya itikat masyarakat Indonesia yang multi ini untuk saling berhubungan secara baik dan harmonis juga. Ditambah lagi perfilman nasional yang sering memakai latar budaya Bangsa yang bermacam-macam akan menambah khasanah serta wawasan masyarkat akan kayanya budaya bangsa.
            Kemudian dampak langsung yang telah diberikan dunia perfilman nasional antara lain di bidang ekonomi baik bagi negara ataupun langsuung terhadap masyarakat. Industri film dan televisi Indonesia mampu memberikan kontribusi langsung dengan jumlah yang cukup fantastis, yaitu Rp.7,67 triliun terhadap perekonomian negara, dapat menciptakan lebih dari 191.000 lapangan pekerjaan, dan menghasilkan pemasukan pajak hingga Rp.785 miliar. Padahal data ini hanya mencatat sepanjang tahun 2010 saja.
Data ini diperoleh dari data studi Kontribusi Ekonomi Industri Film dan Televisi indonesia yang dilaksanakan oleh lembaga konsultan dan penelitian Oxford Economics dipersembahkan oleh Motion Picture Association (MPA). Hasil penghitungan kontribusi yang diberikan dunia perfilman nasional tadi baru dilakukan untuk yang pertama kali secara komprehensif mengukur dampak ekonomi langsung, tidak langsung dan dampak-dampak lain yang ditimbulkan. Dengan mempertimbangkan transaksi langsung, tidak langsung dan dampak yang ditimbulkan, total keseluruhan kontribusi ekonomi industri film dan televisi terhadap PDB 2010 sebesar US$ 2,98 miliar atau setara dengan Rp.27,02 triliun, 0,43% dari seluruh PDB nasional.
Melihat apa yang telah diberikan oleh film nasional dibidang ekonomi yang begitu besar tadi, rasanya masyarakat Indonesia ataupun insan-insan perfilman harus lebih giat untuk meningkatkan kualitas film kita. Selain itu pemerintah juga harus ikut andil mendukungnya, baik dalam bentuk sarana prasarana ataupun modal. Selama ini pemerintah kurang memperhatikan perkembangan film nasional, terbukti untuk saat ini sarana gedung pertunjukan film atau bioskop yang ada di Indonesia hanya berjumlah 675 bioskop, padahal untuk melayani 245 juta penduduk. Atau selain pemerintah ikut berperan dalam sarana prasarana, bisa juga dalam bentuk pendidikan formal yang berada dilembaga-lembaga kampus atau sekolah menengah kejuruan. Dengan begitu terciptalah wadah-wadah kreativitas para anak bangsa dalam dunia perfilman.
Dari beberapa pemaparan diatas tadi dapat disimpulkan bahwa film nasional telah memberikan kontribusi-kontribusi yang nyata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi itu terwujud dalam berbagai bidang, dari ekonomi, pendidikan, budaya, sosial serta penanaman nilai-nilai luhur bangsa. Tidak bisa dipungkiri bahwa film nasional memang telah memberikan banyak kontribusi baik bagi negara ataupun masyarakat, oleh karena itu kita sebagai insan sinema pada khususnya dan masyarakat pada umumnya memiliki tugas penting dalam menjaga, meningkatkan  serta melestarikan film nasional yang berkualitas, penuh kreatifitas serta pantas untuk dibanggakan.

ANALISI KOMUNIKASI EFEKTIF

0 komentar


Komunikasi adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan komunikasi manusia akan saling memahami satu sama lain dan dapat menjalin hubungan dengan baik. Komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan tujuan mengubah sikap, perilaku ataupun persepsi komunikan sesuai dengan yang dikehendaki komunikator.
Untuk mempermudah mengubah perilaku ataupun sikap komunikan, dibutuhkan Psikologi yaitu ilmu yang berusaha menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol mental dan peristiwa yang berkaitan dengan perangai (Miller, 1974:4). Sehingga dalam hal ini muncullah satu disiplin ilmu baru yaitu Psikologi Komunikasi, menurut Jalalludin Rahmat adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
Tujuan utama dari psikologi komunikasi adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, sehingga antara komunikator dan komunikan saling terjadi kesepahaman. Komunikasi yang efektif    paling tidak akan menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan (Stewart L.Tubbs & Sylvia, 1974:9-13). Lebih lanjut akan saya berikan contoh konkrit tentang Komunikasi yang tidak efektif.
Hari sabtu tanggal 15 September 2012 diadakan Loka Karya Nasional di Gedung Teatrikal Ushu  ludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mulai pukul 08.00 sampai pukul 13.00 dengan tema “Revitalisasi dan Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Acara ini diprakarsai oleh Sinergia Institut dan turut mengundang 4 orang pembicara bertitel tinggi. Bahkan salah satu pembicaranya adalah seorang wakil menteri.
Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dalam acara tersebut yang berkaitan dengan psikologi komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan komunikasi efektif. Idealnya komunikasi yang terjalin menjadi efektif tetapi karena beberapa hal menjadi tidak efektif.
Pertama, ketika pembicara pertama menyampaikan materi, beliau memulai pembicaraan dengan perkenalan diri dan menceritakan riwayat hidup. Ada satu kesalahan fatal yang menyebabkan komunikasinya tidak efektif, ketika beliau bercerita semasa kuliah beliau suka berdemonstrasi turun ke jalan (aktifis). Lebih spesifik beliau adalah salah satu anggota PMII. Saat beraksi beliau mengajak rekan demonstrasinya untuk sholat dzuhur, tetapi teman tersebut menolaknya, lebih parahnya malah menjawab shalat dzuhur bisa ditunda atau dijamak dengan shalat ashar. Seharusnya pembicara tidak menyebutkan salah satu organisasi tertentu jika akhirnya menunjukkan sisi negatifnya, karena di forum loka karya ini diha diri ratusan peserta mahasiswa dimana kita tidak tahu jika ada salah satu atau beberapa peserta termasuk aktifis PMII. Maka otomatis hal ini akan menyinggungnya bahkan bisa dianggap melecehkan organisasi PMII. Terbukti peserta loka karya yang duduk disamping saya langsung bereaksi dan merasa tersinggung, karena dia juga pernah bergabung menjadi anggota PMII.
Yang kedua saya menyoroti cara pembicara dalam menyampaikan materi kurang menarik, terkesan kaku dan bertele-tele. Dari ke empat pembicara, tidak ada selingan sedikitpun, candaan, ilustrasi, bahkan slied dari materi yang disampaikan. Sehingga audience menjadi bosan dan ngantuk, bahkan banyak peserta yang cuek dengan mengobrol sendiri serta bermain gadjet. Akibatnya pesan yang disampaikan pembicara tidak bisa ditangkap atau tidak dipahami oleh audience.
Yang ketiga berkaitan dengan psikologi komunikan. Ketika pemateri yang notabene sebagai dosen Sosiologi UGM, menggunakan bahasa yang tidak tepat. Saat itu beliau mengatakan “kalian saharusnya bersyukur karena dilahirkan disebuah keluarga, kalian lahir punya bapak ibu, kalian tidak lahir di panti asuhan kan?” Bahasa seperti ini jelas-jelas tidak tepat untuk dilontarkan kepada audience yang jumlahnya ratusan, mereka memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Kita tidak bisa mengetahui apakah mereka semua memang lahir dalam keadaan memiliki ayah dan ibu, ataupun tidak tinggal di panti asuhan. Sekalipun mereka tidak ada yang seperti demikian, seharusnya pembicara bisa memilih bahasa dan kalimat lain untuk menegaskan supaya audience bersyukur. Karena kalimat seperti itupun didengar sudah tidak lazim, sama saja kita mindiskriminasikan saudara-saudara kita yang tinggal di panti asuhan.
Ada tambahan satu hal lagi yang  saya dapat dari hasil analisis ini, bahwa komunikasi yang tidak efektif bukan hanya disebabkan oleh pandangan mata antara komunikan dan komunikator, tetapi mood dari komunikan juga sangat berpengaruh terhadap komunikasi efektif. Dalam loka karya ini, mood peserta menjadi berkurang ketika acara diundur-undur tidak jelas. Peserta disuruh menunggu di dalam ruangan yang panas serta runtutan acara yang monoton.
 

SUKSES ITU PILIHAN

0 komentar


Stasiun & Program acara  :  Kompas TV “SOSOK”
Tayang  :  Kamis, 25 Oktober 2012. Jam 21.00-21.30
SINOPSIS
Fauzan adalah seorang pemuda lulusan SMA, ayahnya PNS dengan gaji pas-pasan yang menambah penghasilan dengan wirausaha kecil. Fauzanpun terbiasa membantu ayahnya. ari situ dia memiliki keinginan untuk menjadi seorang pengusaha. Terinspirasi saat jajan siomay dia ingin mencoba buka usaha siomay, modal dipinjamkan ayahnya dari koperasi. Berdirilah warung siomay fauzan, belum ada sebulan dia bangkrut karena ditipu oleh dua orang karyawannya. Tidak jera, diapun mencoba lagi mendirikan usaha konveksi, berjalan beberapa minggu lagi-lagi dia bangkrut karena ditipu oleh suplyernya.
Tidak berlarut-larut dalam kesedihan karena bangkrut, fauzan ditawari ayahnya untuk membersihkan kolam belakang rumah yang kosong untuk kemudian dikasih lele. Ternyata hasilnya lumayan untuk sekedar lauk makan dan dibagikan pada tetangga. Dari situ fauzan berusaha untuk mengembangkan usaha budidaya lele. Dia menambah jumlah bibit, tetapi hasil yang didapat tak sebanding dengan biaya produksi. Dia mendapat tips dari ahli pangusaha lele, bahwa bisnis adalah seberapa besar manfaat yang dihasilkan untuk orang lain bukan hanya keuntungan finansial semata.
Dalam kegalauannya dia konsultasi dengan ustadz untuk menanyakan kenapa dalam bisnisnya selalu gagal. Ternyata dia tidak mendapat restu dari orang tua. Karena orang tuanya mengininkan dia kuliah dan bekerja kantoran yang mapan. Lalu fauzan membuat perjanjian dengan kedua orang tuanya, dia ingin mencoba sekali lagi bisnisnya dengan syarat restu, kalau gagal fauzan akan mengukuti semua permintaan orang tuanya. Disinilah titik balik keberhasilan fauzan, dia mengajak pemuda-pemuda pengagguran untuk ikut bersamanya mengembangkan bisnis. Karena tak kenal lelah dan pantang menyerah, akhirnya dia sukses. Dia menjual lelenya ke restoran-restoran terkenal. Selain itu dia membantu petani lele lainnya dengan membuka outlet penjualan lele, agar tidak menjual pada tengkulak yang menghargai lele dengan murah. Inilah keyword keberhasilannya, bisnis adalah kerja keras dan ,manfaat bagi orang lain.