A. Beberapa Segi Suatu Teori
1.
Pengertian dan Fungsi Teori
Beberapa teori dibawah ini akan memberikan gambaran bahwa paradigma
penyusun definisi berpengaruh terhadap konsep dasar teorinya. Menurut
Snelbecker (1974:31) teori adalah seperangkat proporsi yang berinteraksi sesuai
aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis dengan yang lainnya, dan
berfungsi sebagai wahana untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
Sedangkan menurut Glaser dan Strauss (1967:1,3,35) mereka menggunakan
mainstreem teori klasik dengan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang
berasal dari data yang diperoleh dari analisis yang sistematis dengan metode
komparatif.
Dari kedua pendapat tersebut terdapat kesamaan dalam fungsi teori untuk
meramalkan dan menjelaskan suatu fenomena. Selain itu rumusan Glaser dan
Strauss dilengkapi dengan fungsi praktis dalam gaya penelitiannya. Perbedaan
keduannya terletak pada anggapan tentang hipotesis. Snelbecker memandang
hipotesis sebagai bagian periferi suatu teori yang menghubungkan terori dengan fenomena, sedangkan Glaser dan Strauss
memandang hipotesis adalah inti teori yang diperoleh dari data.
2.
Bentuk Formulasi Teori
Menurut Glaser dan Strauss dalam penelitian kualitatif dengan teori
dari-dasar, penyajian teori dapat dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pertama
dalam bentuk seperangkat proposisi dan kedua dalam bentuk diskusi
teoritis yang memanfaatkan kategori konseptual dan kawasannya.
Contoh proporsional, diambil dari tulisan Rental (1988:15-16)
Biologi & Fisika (Hashweh, 1987) menjelaskan bahwa perbedaan
pengetahuan dan pengalaman guru berpengaruh terhadap proses mengajar
interaktif. Guru dengan kemampuan pengembangan yang kurang dalam biologi dan fisika akan
menyajikan pelajaran secara keliru, monoton bahkan gagal dalam memahamkan
siswanya. Sedang guru fisika yang baik akan menyampaikan pelajaran secara interaktif
dan mampu memahamkan siswanya. Dia cenderung mampu menyajikan isi bahan
pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan salah
pengertian di kelas, dan mampu menginterpretasikan jawaban-jawaban siswa secara
tepat dan penuh pengertian.
3.
Teori Substantif & Teori Fomal
Teori Substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif
dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi dan
psikologi. Contoh: Perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan professional,
kenakalan remaja.
Teori Formal adalah teori yang disusun secara konseptual dalam bidang
inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi. Contoh: perilaku agresif,
organisasi formal, sosialisasi, otoritas & kekuasaan (Glaser & Strauss
1980:32)
Perbedaan dari kedua teori tersebut hanya terletak pada derajat
keumumannya. Teori substantif diperoleh melalui perbandingan antar kelompok dan
teori formal diperoleh melalui perbandingan berbagai kasus substantif.
Sedangkan persamaanya adalah sama-sama sebagai rancangan untuk pengumpulan
hakikat pengetahuan dan teori.
4.
Unsur-unsur Teori
Terdapat beberapa unsur-unsur teori yang dibentuk melalui analisis
perbandingan yaitu:
a.
Kategori Konseptual & Kawasannya
Kategori adalah unsur konseptual suatu teori, & Kawasanya (property)
adalah aspek atau unsur suatu kategori. Contoh: dua kategori dari pelayanan
perawat adalah (1) pandangan dari segi profesi (2) persepsi tentang kehilangan
dalam masyarakat. Satu kawasan dari kategori kehilangan dalam masyarakat yang
tinggi, dan hubungan itu membantu para perawat untuk memelihara pandangannya
dari segi profesinnya.
b.
Hipotesis
Analisis perbandingan antara kelompok yang menghasilkan kategori dan
mempercepat adanya hubungan yang disimpulkan antara kelompok tersebut. Hipotesis ini selalu diverifikasi sepanjang
penelitian berlangsung, dan dimulai sejak awal penelitian di lapangan untuk
pembentukan suatu teori.
c.
Integrasi
Integrasi teori yaitu pemaduan unsur-unsur teori sehingga menjadi lebih
bermakna dan kompak. Integrasi ini dapat dilakukan pada hipotesis dengan
tingkatan konseptual apa saja, dan bisa dilakukan dari tingkatan umum dulu baru
ke tingkatan khusus.
B.
Penyusunan Teori (Theory Building)
1.
Penyusunan Teori Formal & Kegunaanya
Dilakukan secara langsung & tidak langsung. Jika tidak langsung
artinya melalui teori substantif terlebih dahulu. Penyusunan teori formal
secara tidak langsung ada dua jenis yaitu teori formal satu bidang dan teori
formal dua bidang. Dimana keduanya sama-sama harus diuraikan terlebih dahulu.
Teori formal ini memiliki fungsi yaitu untuk menguji teori formal para
ahli terkenal, kemudian untuk membentuk dan menyimpulkan teori baru, untuk
menerapkan teori formal yang sudah diketahui peneliti dan yang terakhir untuk penyusunan
suatu teori tentang teori formal dan hipotesis kerja.
2.
Verifikasi Kerja
Pada dasarnya fokus utama verifikasi adalah hanya untuk pengujia suatu
teori. Yaitu menguji relevansi kategori-kategori yang dilakukan dengan cara
pengecekan, baik implisit maupun eksplisit.
C.
Penyusunan Teori-Dari-Bawah (grounded theory)
Menurut pandit penyusuna teori ini melalui tiga unsur dasar yaitu:
a.
Konsep adalah satuan kajian dasar yang dibentuk dari
konseptualisasi data.
b.
Kategori adalah landasan dasar penyusunan teori yang
juga merupakan keumpulan yang lebih tinggi & abstrak dari konsep.
c.
Unsur yang ketiga adalah proposisi yang menunjukkan
hubungan kesimpulan.
D.
Persoalan yang Berkaitan dengan Teori
1.
Persoalan Generalisasi
Konsep dasar dari generalisasi adalah untuk memberikan dasar atau
landasan suatu penelitian. Dalam konsep generalisasi klasik terdapat
kelemahan-kelemahan yaitu a.) bergantung pada determinasi b.) bergantung pada
logika ondultif c.) bergantung pada asumsi bebas dari waktu dan konteks d.)
terjerat dalam dilema nomotetik-ideografik e.) terjerat dalam jerat kekeliruan
reduksionis. Disini dibahas tentang generalisasi alamiah yang bisa dijadikan
sebagai suatu alternatif penelitian. Kemudian hubunganya dengan hipotesis kerja
bahwa hipotesisi tersebut digunakan sebagai generalisasi alamiah.
2.
Persoalan Kausalitas
Konsep penelitian yang berusaha mencari sebab-akibat berasal dari
penelitian klasik yang lebih banyak memberi perhatian, terutama pada latar
eksperimental.
3.
Persoalan Emik dan Etik
Pendekatan emik adalah struktural yang berarti peneliti berasumsi
bahwa perilaku manusia terpola dalam sistem pola itu sendiri. Sedangkan
pendekatan etik terdiri atas kumpulan rumit antara tujuan dan psosedur.
Tujuannya adalah nonstruktural atau mengikuti pengelompokan. Kemudian tujuanya
adalah aplikasi pada tahap permulaan penelitian emik, suatu klasifikasi etik
yang telah dibuat atas dasar tipe-tipe yang telah disusun sebelumnya terhadap
sistem kultur atau bahasa tertentu.
Perbedaan ciri-ciri emik dan etik secara umum dilihat dari:
a.
Segi titik pandang “dari dalam” dan “ke luar”.
b.
Hubungan dengan keseluruhan.
c.
Hakikat fisik, respons, dan distribusi.
d.
Kriteria Identitas.
e.
Titik tolak dari segi nilai.
Referensi: Moelong, Lexy J. 2011,Pengantar Metodologi Penelitian, Bandung: Remaja Rosdayaksa
Referensi: Moelong, Lexy J. 2011,Pengantar Metodologi Penelitian, Bandung: Remaja Rosdayaksa