Kamis, 27 September 2012

KEBIJAKAN PENCITRAAN

0 komentar

Kebijakan Jangan Untuk Pencitraan
Setelah polemik naiknya harga BBM (bahan bakar minyak) reda, ternyata permasalahan tidak berhenti begitu saja, justru beban yang ditanggung oleh pemerintah semakin berat. Belum stabilnya harga Minyak Dunia memaksa pemerintah untuk mengeluarkan  dana yang extra dari APBN.  Sekalipun ICP (Indonesian Crude Price) akhir-akhir ini mengalami penurunan.
Alih-alih ingin memecahkan permasalahan tersebut, pemerintah berusaha mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan konsumsi BBM yang justru tidak efektif dan efesien. Pasalnya mobil yang berkapasitas 1500 cc keatas dilarang memakai BBM jenis premium. Asumsi pemerintah adalah setiap mobil yang berkapasitas 1500 cc ke atas dimiliki oleh orang-orang kaya. Dan sebaliknya mobil yang berkapasitas dibawah itu dimiliki oleh rakyat menengah kebawah. Realitanya, banyak orang-orang kaya yang memiliki mobil dg kapasitas 1500 cc kebawah. Tak khayal kebijakan tersebut menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat umum. Ada yang merespon positif maupun negatif.
Atas dasar petimbangan itu, ternyata pemerintah membatalkan kebijakan yang sudah dilontarkan. Hal seperti ini menunjukkan inkonsistensi dan ketidakmampuan pemertintah dalam mencari solusi. Memang pegendalian konsumsi BBM diperlukan, mengingat Indonesia yang sangat tergantung terhadap harga minyak mentah Dunia. Akan tetapi, juga tidak dibenarkan jika menarik ulur kebijakan yang telah ditetapkan, karena hal tersebut dapat menyebabkan ketidakpercayaan rakyat terhadap kredibilitas pemerintah.
Sebelum mengeluarkan suatu kebijakan, seharusnya pemerintah mengkaji dan mendalaminya supaya mendapatkan formulasi yang tepat.
Kegundahan pemerintah terhadap penetapan kebijakan ini juga terlihat pada rasa belas kasihan terhadap guru berpenghasilan sedang yang memiliki mobil wajib BBM pertamax. Selain itu pemerintah juga tidak menginginkan terjadinya konflik antara pembeli dan petugas SPBU.
Pada akhirnya pertimbangan seperti inipun memunculkan persepsi bahwa pemerintah berusaha melakukan pencitraan. Bayangkan saja, setelah beremeh temeh melontarkan gagasan yang sedikit banyak akan merugikan warga, kemudian pemerintah membatalkannya sendiri dengan alasan peduli terhadap rakyat. Walhasil rakyat jelata yang masih awam terhadap dunia politikpun akan menaruh simpati heroik terhadap pemerintah.

0 komentar:

Posting Komentar