Selasa, 27 November 2012

ANALISI KOMUNIKASI EFEKTIF

0 komentar


Komunikasi adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan komunikasi manusia akan saling memahami satu sama lain dan dapat menjalin hubungan dengan baik. Komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan tujuan mengubah sikap, perilaku ataupun persepsi komunikan sesuai dengan yang dikehendaki komunikator.
Untuk mempermudah mengubah perilaku ataupun sikap komunikan, dibutuhkan Psikologi yaitu ilmu yang berusaha menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol mental dan peristiwa yang berkaitan dengan perangai (Miller, 1974:4). Sehingga dalam hal ini muncullah satu disiplin ilmu baru yaitu Psikologi Komunikasi, menurut Jalalludin Rahmat adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
Tujuan utama dari psikologi komunikasi adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, sehingga antara komunikator dan komunikan saling terjadi kesepahaman. Komunikasi yang efektif    paling tidak akan menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan (Stewart L.Tubbs & Sylvia, 1974:9-13). Lebih lanjut akan saya berikan contoh konkrit tentang Komunikasi yang tidak efektif.
Hari sabtu tanggal 15 September 2012 diadakan Loka Karya Nasional di Gedung Teatrikal Ushu  ludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mulai pukul 08.00 sampai pukul 13.00 dengan tema “Revitalisasi dan Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Acara ini diprakarsai oleh Sinergia Institut dan turut mengundang 4 orang pembicara bertitel tinggi. Bahkan salah satu pembicaranya adalah seorang wakil menteri.
Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dalam acara tersebut yang berkaitan dengan psikologi komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan komunikasi efektif. Idealnya komunikasi yang terjalin menjadi efektif tetapi karena beberapa hal menjadi tidak efektif.
Pertama, ketika pembicara pertama menyampaikan materi, beliau memulai pembicaraan dengan perkenalan diri dan menceritakan riwayat hidup. Ada satu kesalahan fatal yang menyebabkan komunikasinya tidak efektif, ketika beliau bercerita semasa kuliah beliau suka berdemonstrasi turun ke jalan (aktifis). Lebih spesifik beliau adalah salah satu anggota PMII. Saat beraksi beliau mengajak rekan demonstrasinya untuk sholat dzuhur, tetapi teman tersebut menolaknya, lebih parahnya malah menjawab shalat dzuhur bisa ditunda atau dijamak dengan shalat ashar. Seharusnya pembicara tidak menyebutkan salah satu organisasi tertentu jika akhirnya menunjukkan sisi negatifnya, karena di forum loka karya ini diha diri ratusan peserta mahasiswa dimana kita tidak tahu jika ada salah satu atau beberapa peserta termasuk aktifis PMII. Maka otomatis hal ini akan menyinggungnya bahkan bisa dianggap melecehkan organisasi PMII. Terbukti peserta loka karya yang duduk disamping saya langsung bereaksi dan merasa tersinggung, karena dia juga pernah bergabung menjadi anggota PMII.
Yang kedua saya menyoroti cara pembicara dalam menyampaikan materi kurang menarik, terkesan kaku dan bertele-tele. Dari ke empat pembicara, tidak ada selingan sedikitpun, candaan, ilustrasi, bahkan slied dari materi yang disampaikan. Sehingga audience menjadi bosan dan ngantuk, bahkan banyak peserta yang cuek dengan mengobrol sendiri serta bermain gadjet. Akibatnya pesan yang disampaikan pembicara tidak bisa ditangkap atau tidak dipahami oleh audience.
Yang ketiga berkaitan dengan psikologi komunikan. Ketika pemateri yang notabene sebagai dosen Sosiologi UGM, menggunakan bahasa yang tidak tepat. Saat itu beliau mengatakan “kalian saharusnya bersyukur karena dilahirkan disebuah keluarga, kalian lahir punya bapak ibu, kalian tidak lahir di panti asuhan kan?” Bahasa seperti ini jelas-jelas tidak tepat untuk dilontarkan kepada audience yang jumlahnya ratusan, mereka memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Kita tidak bisa mengetahui apakah mereka semua memang lahir dalam keadaan memiliki ayah dan ibu, ataupun tidak tinggal di panti asuhan. Sekalipun mereka tidak ada yang seperti demikian, seharusnya pembicara bisa memilih bahasa dan kalimat lain untuk menegaskan supaya audience bersyukur. Karena kalimat seperti itupun didengar sudah tidak lazim, sama saja kita mindiskriminasikan saudara-saudara kita yang tinggal di panti asuhan.
Ada tambahan satu hal lagi yang  saya dapat dari hasil analisis ini, bahwa komunikasi yang tidak efektif bukan hanya disebabkan oleh pandangan mata antara komunikan dan komunikator, tetapi mood dari komunikan juga sangat berpengaruh terhadap komunikasi efektif. Dalam loka karya ini, mood peserta menjadi berkurang ketika acara diundur-undur tidak jelas. Peserta disuruh menunggu di dalam ruangan yang panas serta runtutan acara yang monoton.
 

0 komentar:

Posting Komentar