Senin, 23 April 2012

Rangkuman Teori Penelitian

1 komentar

 

A.            Beberapa Segi Suatu Teori
1.             Pengertian dan Fungsi Teori
Beberapa teori dibawah ini akan memberikan gambaran bahwa paradigma penyusun definisi berpengaruh terhadap konsep dasar teorinya. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah seperangkat proporsi yang berinteraksi sesuai aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis dengan yang lainnya, dan berfungsi sebagai wahana untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
Sedangkan menurut Glaser dan Strauss (1967:1,3,35) mereka menggunakan mainstreem teori klasik dengan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data yang diperoleh dari analisis yang sistematis dengan metode komparatif.
Dari kedua pendapat tersebut terdapat kesamaan dalam fungsi teori untuk meramalkan dan menjelaskan suatu fenomena. Selain itu rumusan Glaser dan Strauss dilengkapi dengan fungsi praktis dalam gaya penelitiannya. Perbedaan keduannya terletak pada anggapan tentang hipotesis. Snelbecker memandang hipotesis sebagai bagian periferi suatu teori yang menghubungkan terori dengan  fenomena, sedangkan Glaser dan Strauss memandang hipotesis adalah inti teori yang diperoleh dari data.
2.             Bentuk Formulasi Teori
Menurut Glaser dan Strauss dalam penelitian kualitatif dengan teori dari-dasar, penyajian teori dapat dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pertama dalam bentuk seperangkat proposisi dan kedua dalam bentuk diskusi teoritis yang memanfaatkan kategori konseptual dan kawasannya.
Contoh proporsional, diambil dari tulisan Rental (1988:15-16)
Biologi & Fisika (Hashweh, 1987) menjelaskan bahwa perbedaan pengetahuan dan pengalaman guru berpengaruh terhadap proses mengajar interaktif. Guru dengan kemampuan pengembangan yang  kurang dalam biologi dan fisika akan menyajikan pelajaran secara keliru, monoton bahkan gagal dalam memahamkan siswanya. Sedang guru fisika yang baik akan menyampaikan pelajaran secara interaktif dan mampu memahamkan siswanya. Dia cenderung mampu menyajikan isi bahan pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan salah pengertian di kelas, dan mampu menginterpretasikan jawaban-jawaban siswa secara tepat dan penuh pengertian.
3.             Teori Substantif & Teori Fomal
Teori Substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi dan psikologi. Contoh: Perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan professional, kenakalan remaja.
Teori Formal adalah teori yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi. Contoh: perilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, otoritas & kekuasaan (Glaser & Strauss 1980:32)
Perbedaan dari kedua teori tersebut hanya terletak pada derajat keumumannya. Teori substantif diperoleh melalui perbandingan antar kelompok dan teori formal diperoleh melalui perbandingan berbagai kasus substantif. Sedangkan persamaanya adalah sama-sama sebagai rancangan untuk pengumpulan hakikat pengetahuan dan teori.
4.             Unsur-unsur Teori
Terdapat beberapa unsur-unsur teori yang dibentuk melalui analisis perbandingan yaitu:
a.             Kategori Konseptual & Kawasannya
Kategori adalah unsur konseptual suatu teori, & Kawasanya (property) adalah aspek atau unsur suatu kategori. Contoh: dua kategori dari pelayanan perawat adalah (1) pandangan dari segi profesi (2) persepsi tentang kehilangan dalam masyarakat. Satu kawasan dari kategori kehilangan dalam masyarakat yang tinggi, dan hubungan itu membantu para perawat untuk memelihara pandangannya dari segi profesinnya.
b.             Hipotesis
Analisis perbandingan antara kelompok yang menghasilkan kategori dan mempercepat adanya hubungan yang disimpulkan antara kelompok tersebut.  Hipotesis ini selalu diverifikasi sepanjang penelitian berlangsung, dan dimulai sejak awal penelitian di lapangan untuk pembentukan suatu teori.
c.              Integrasi
Integrasi teori yaitu pemaduan unsur-unsur teori sehingga menjadi lebih bermakna dan kompak. Integrasi ini dapat dilakukan pada hipotesis dengan tingkatan konseptual apa saja, dan bisa dilakukan dari tingkatan umum dulu baru ke tingkatan khusus.


B.               Penyusunan Teori (Theory Building)
1.             Penyusunan Teori Formal & Kegunaanya
Dilakukan secara langsung & tidak langsung. Jika tidak langsung artinya melalui teori substantif terlebih dahulu. Penyusunan teori formal secara tidak langsung ada dua jenis yaitu teori formal satu bidang dan teori formal dua bidang. Dimana keduanya sama-sama harus diuraikan terlebih dahulu.
Teori formal ini memiliki fungsi yaitu untuk menguji teori formal para ahli terkenal, kemudian untuk membentuk dan menyimpulkan teori baru, untuk menerapkan teori formal yang sudah diketahui peneliti dan yang terakhir untuk penyusunan suatu teori tentang teori formal dan hipotesis kerja.
2.             Verifikasi Kerja
Pada dasarnya fokus utama verifikasi adalah hanya untuk pengujia suatu teori. Yaitu menguji relevansi kategori-kategori yang dilakukan dengan cara pengecekan, baik implisit maupun eksplisit.

C.             Penyusunan Teori-Dari-Bawah (grounded theory)
Menurut pandit penyusuna teori ini melalui tiga unsur dasar yaitu:
a.             Konsep adalah satuan kajian dasar yang dibentuk dari konseptualisasi data.
b.             Kategori adalah landasan dasar penyusunan teori yang juga merupakan keumpulan yang lebih tinggi & abstrak dari konsep.
c.              Unsur yang ketiga adalah proposisi yang menunjukkan hubungan kesimpulan.

D.            Persoalan yang Berkaitan dengan Teori
1.             Persoalan Generalisasi
Konsep dasar dari generalisasi adalah untuk memberikan dasar atau landasan suatu penelitian. Dalam konsep generalisasi klasik terdapat kelemahan-kelemahan yaitu a.) bergantung pada determinasi b.) bergantung pada logika ondultif c.) bergantung pada asumsi bebas dari waktu dan konteks d.) terjerat dalam dilema nomotetik-ideografik e.) terjerat dalam jerat kekeliruan reduksionis. Disini dibahas tentang generalisasi alamiah yang bisa dijadikan sebagai suatu alternatif penelitian. Kemudian hubunganya dengan hipotesis kerja bahwa hipotesisi tersebut digunakan sebagai generalisasi alamiah.
2.             Persoalan Kausalitas
Konsep penelitian yang berusaha mencari sebab-akibat berasal dari penelitian klasik yang lebih banyak memberi perhatian, terutama pada latar eksperimental.
3.             Persoalan Emik dan Etik
Pendekatan emik adalah struktural yang berarti peneliti berasumsi bahwa perilaku manusia terpola dalam sistem pola itu sendiri. Sedangkan pendekatan etik terdiri atas kumpulan rumit antara tujuan dan psosedur. Tujuannya adalah nonstruktural atau mengikuti pengelompokan. Kemudian tujuanya adalah aplikasi pada tahap permulaan penelitian emik, suatu klasifikasi etik yang telah dibuat atas dasar tipe-tipe yang telah disusun sebelumnya terhadap sistem kultur atau bahasa tertentu.
Perbedaan ciri-ciri emik dan etik secara umum dilihat dari:
a.        Segi titik pandang “dari dalam” dan “ke luar”.
b.        Hubungan dengan keseluruhan.
c.         Hakikat fisik, respons, dan distribusi.
d.        Kriteria Identitas.
e.        Titik tolak dari segi nilai.
Referensi: Moelong, Lexy J. 2011,Pengantar Metodologi Penelitian, Bandung: Remaja Rosdayaksa

1 komentar:

  1. sangat membantu untuk penyusunan laporan akhir kuliah guna mengetahui alur penelitian yang baik,

    BalasHapus