Selasa, 02 Oktober 2012

HAPPINES THEORY

0 komentar

TEORI KEBAHAGIAAN
Pada artikel ini saya akan memaparkan sedikit tentang teori kebahagiaan berdasarkan peninggalan kebudayaan orang Yunani kuno. Tulisan ini saya share hanya sebagai penambah ilmu pengetahuan saja. Tidak ada maksud penyebaran paham ataupun doktrin yang mungkin para pembaca fikir tidak sesuai dengan ajaran agama. Jadi mohon kebijakan para pembaca sekalian untuk pintar-pintar memfilter informasi yang akan kita dapat.
Teori kebahagiaan dapat dikelompokkan menjadi dua term, yaitu Hedonisme dan Utilitarisme. Keduan adalah teori etika normatif yang ingin menjawab persoalan-persoalan mendasar tentang tujuan hidup serta bekal apa saja yang menjadi syarat untuk mencapainya. Para penganut hedonisme dan utilitarisme beranggapan bahwa satu-satunya tujuan hidup hanyalah untuk mencapai sebuah kebahagiaan dan berusaha untuk menjauhi rasa sakit.
Hedonisme berasal dari kata hedone dalam bahasa Yunani yang berarti nikmat atau kegembiraan . Para kaum hedonis, terutama Aristippos dan Epikuros memaknai hidup hanya untuk mencari nikmat dan menjauhi rasa sakit. Pada dasarnya gagasan hedonisme lahir sebagai teori yang menentang teori-teori sebelumnya yang terlihat kaku dan masih abstrak karena hanya menekankan pada suatu norma-norma yang mengikat tanpa eksplorasi dan direksi yang lebih mendalam. Para kaum hedonis menolak teori-teori norma dengan beranggapan bahwa tidak ada tujuan hidup yang lebih utama kecuali untuk mencari kebahagiaan dan untuk menghindari segala bentuk kesengsaraan. Pertanyaan kaum hedonis ini sebenaranya didasarkan pada teori hedonisme psikologis yang menerangkan tentang kodrat manusia hidup di Dunia akan cenderung bahkan bisa dikatakan pasti hanya untuk mencari kebahagiaan dan menghindari rasa sakit. Jadi menurut hedonisme psikologis ini manusia adalah mahluk yang sangat egois karena segala sesuatu didedikasikan untuk kepentingan yang menguntungkan dirinya sendiri.
Ternyata hedonisme juga menjadi salah satu teori etika yang telah disepakati oleh para filsuf-etikawan. Kenapa demikian? Untuk mengetahui alasanya kita perlu menilik sejarah salah seorang Hedonis yaitu Aristippos. Sepanjang hidupnya, dia memiliki seorang wanita penghibur yang sangat cantik, yaitu Lais. Dia mendapatkan kenikmatan yang tiada tara dari lais, sampai teman-temanya mengkritik Aristippos. Namun sang hedonis tersebut menjawab “ Saya memiliki lais, namun sedikitpun lais tidak memiliki saya” dari jawaban tersebut Aristippos ingin menegaskan bahwa manusia jangan sampai dikuasai oleh hawa nafsunya sendiri yang menimbulkan hal-hal irasional. Manusia harus tetap bisa mengendalikan hawa nafsu, ambisi, dan tetap bijaksana dalam usaha untuk mendapatkan suatu kenikmatan.
Persepsi Aristippos diperluas oleh Epikuros (341-270 SM) yang juga memandang tujuan utama manusia adalah mencari kenikmatan. Karena secara fisik, tubuh menusia merupakan dasar dan akar dari segala kenikmatan manusiawi. Namun Epikurospun tidak memungkiri akan adanya suatu kenikmatan  rohani yang dapat mengatasi kenikmatan badaniah. Menurut dia ada tiga keinginan manusia yang mendorong seseorang untuk mendapatkan kenikamtan. (1) Keinginan alamiah yang mutlak harus dipenuhi seperti makan dan minum. (2) Keinginan alamiah yang dapat ditinda, seperti ingin makan enak dan hidup mewah. (3) Keinginan yang arealistis atau tidak pasti dapat dicapai. Jadi menurut Epikuros hanya keinginan  alamiah mutlak saja yang perlu dipenuhi. Pun demikian, sekali lapgi dia tidak memungkiri akan adanya keinginan rohano atau ataraxia.
Dari pemikiran Epikuros tersebut ada hal istimewa yang perlu dicatat secara khusus, yaitu tentang pemikirannya akan hidup sederhana dan visi manusia terhadap hidup. Epikuros bermaksud menggaris bawahi tentang pola hidup sederhana, terbukti dengan penegasannya bahwa dia menganjurkan manusia untuk memenuhi satu keinginan saja yang dapat membawa kenikmatan maksimal, atau yang ia sebut dengan keinginan alamiah mutlak. Inilah yang menjadi karakteristik hedonis dengan kata kunci “sederhana”.
Atas dasar kesederhanaan itulah Epikuros memberi definisi “Orang bijaksana” adalah orang yang mampu membebaskan diri dari segala keinginan sehingga dapat mencapai ketenangan jiwa atau ataraxia. Betolak dari persepsinya tentang keinginan rohani kemudian Epikuros menganjurkan manusia untuk selalu memandang kehidupan sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Inilah inti dari gagasan henodisme hasil rintisan Aristippos dan Epikuros.


0 komentar:

Posting Komentar